[BOOK INFO]
Judul: The Lady Escort
Pengarang: Kinanti WP
Penerbit: Kubus Media
Genre: Chicklit
Halaman: 200
Ratings: 🌟🌟🌟
|
Jani tak pernah menyangka bahwa keputusannya untuk kembali ke Indonesia justru mendorongnya untuk terjun ke profesi yang tak pernah ia bayangkan. Meski awalnya hendak menolak, namun pesona pria itu justru membuat Jani setuju untuk menjadi kekasih bayaran.
Tama Tjitro tak pernah menduga bahwa untuk mendapatkan hak asuh atas anaknya dia harus mencari perempuan untuk menjadi pasangannya. Namun, begitulah wasiat sang mantan istri. Setelah lama tak pernah akrab dengan wanita, Tama harus menyewa seorang Lady Escort untuk memperdaya semua orang.
Namun, bagaimana bila kebersamaan itu justru membuat mereka jatuh dalam jebakan takdir cinta?
[REVIEW]
Karena buku ini bergenre romance, maka seperti biasa, kita akan berkenalan dengan dua tokoh utama kita bernama Kinanti Anjani--yang biasa disapa Jani--dan Pratama Aditrya Tjitro--atau akrab dipanggil Tama.
Jani baru saja kembali ke Indonesia untuk melarikan diri dari hal buruk yang menimpanya di Belanda selama dia studi S2 dan bekerja di sana. Dia ditawari untuk menjadi seorang lady escort oleh sahabatnya sendiri. Belum memikirkan dengan matang dan menganalisa lebih jauh, Citra sudah serta merta mencetak kontrak kerja yang disetujui oleh Tama.
Tama terpaksa menyewa seorang perempuan untuk dijadikan istri untuk memenuhi wasiat almarhum istrinya untuk mengambil hak asuh anak mereka. Pernikahan kawin lari Tama dan Alicia tidak pernah direstui oleh orang tua Tama. Terutama ibu Tama, dia menyuruh Alicia menceraikan Tama. Dengan segala kekuasaan yang dimilikinya, Alicia mengabulkannya dan membuat wasiat seaneh itu. Disodorkan Jani, Tama merasa mendapat lampu hijau untuk menyakinkan sang Ibu. Tujuan akhirnya adalah mendapatkan hak asuh Adrian, anaknya dengan Alicia.
Tapi dengan cara memanfaatkan Jani? Lambat laun hal itu juga mengusik Tama. Susah emang kalau ibu kesayangan udah keburu jatuh cinta sama calon menantu pura-pura. Lebih susah lagi kalau ternyata Jani hanya melihat ini sebagai pekerjaan.
Lakon yang dijalankan oleh Jani sangat sempurna, dia tahu persis siapa dirinya dan bersama-sama dengan Tama membohongi orang-orang terdekat mereka. Kontak fisik dibutuhkan seperlunya demi menyakinkan semua mengenai hubungan mereka. Tama tidak peduli, yang penting Ibunya mengizinkan dia bersatu kembali dengan Adrian.
Kontrak kerja Jani dan Tama juga mengharuskan dia untuk pergi ke Bali. Selain untuk urusan pekerjaan, Tama membawa Jani untuk meyakinkan lebih banyak orang supaya hak asuh Adrian benar-benar jatuh padanya.
Siapa yang menyangka bahwa Adrian bisa menerima Jani dan tidak keberatan menerima dia sebagai ibunya kelak jika Tama menikah dengan Jani. Sayang sekali, dalam hati Jani, dia hanya menghitung berapa banyak hati yang akan kecewa jika tahu bahwa apa yang terjadi antaranya dan Tama hanya berupa kontrak kerja semata. Tidak ada hubungan romantis sama sekali.
Kira-kira ketahuan nggak ya? Si Tama juga lempeng-lempeng aja nggak ada tanda-tanda yang memperlihatkan bahwa dia menginginkan lebih. Mungkin sebenarnya ada, tapi yang Jani tahu Tama melakukan semuanya itu untuk batas profesional.
Sebenarnya cukup mudah untuk Jani menolak Tama dengan apa yang pernah terjadi di masa lalunya. Bagi Jani, perasaan kepada lawan jenis bisa saja berakhir sangat buruk. Jadi, lebih baik dia lebih tegas mematikan perasaannya ketimbang harus terjebak dengan situasi serupa, meskipun akhir bisa berbeda. Namun, siapa yang bisa menjamin?
Masalah yang timbul di kantor Bapak Tama membuat hubungan mereka merenggang. Tama yang kaget tidak mendapati Jani di rumah langsung panik dan mengucapkan kalimat yang menegaskan hubungannya dengan Jani. Di satu sisi, Jani merasa mendapat bantuan Tama untuk mematikan perasaannya yang membuncah bersama pria itu. Namun, dia tahu, hatinya tetap sakit karena perlakuan Tama meskipun apa yang diungkapkan Tama itu benar.
Ucapan selamat tinggal benar-benar terlontar dari bibir Jani. Mengembalikan semua yang pernah diberikan oleh Tama dan memutuskan untuk hidup dengan normal seolah keputusannya menjadi seorang lady escort tidak pernah ada.
[CLOSING]
Secara keseluruhan, buku ini membayar rasa penasaranku saat membaca blurb. Penulisannya juga mengalir dan page turner. Dari awal aku sudah penasaran dengan apa yang terjadi dengan Jani di Belanda sehingga dia memutuskan kabur. Aku punya dugaan dan dugaanku dijawab dengan sangat wah dari segi konsep.
Kalau boleh kasih saran--hm, ini balik ke selera baca pribadi sih--aku lebih suka dimain-mainkan perasaannya oleh suatu cerita. Cerita satu ini kalau diibaratkan aku naik perahu arung jeram, segimana pun arus yang wah, aku akan tetap kering tanpa bener-bener kecemplung dan merasakan sendiri ganasnya aliran air. Aku tahu ada beberapa kejadian penting dan dalam di cerita ini tapi seolah aku nggak dibawa serta hanyut lebih jauh.
Masa lalu Tama dan Jani benar-benar gelap. Keduanya punya hidup yang tidak mudah. Perjuangan mereka nggak main-main. Tapi ya, rasanya begitu aja. Hanya punya pengetahuan sebatas itu. Padahal aku pengen merasakan kesakitan Jani, keterpurukan Tama.
Atau mungkin ini hanya bentuk protesku karena ceritanya begitu cepat aku baca.
Aku cukup suka dengan topik yang diangkat soal lady escort ini. Dituangkan secara manis sekaligus penuh pengetahuan baru. Ada pelajaran juga soal adat Jawa yang masih kental. Dan bagaimana keduanya besar di luar negeri tetapi masih menghargai budaya mereka.
Terima kasih kak @kinantiwp untuk kesempatannya bisa membaca buku ini dan menuliskan review abal-abal. Semoga berkenan. Ditunggu karya berikutnya.
matur suwun nggeh.....sanagat membantu.....🥰
ReplyDelete