[BOOK INFO]
Judul: Milan
Pengarang: Ainur Rahman
Penerbit: Bentang Pustaka
Genre: Teenlit
Halaman: 386
Ratings: 🌟🌟🌟🌟
|
Damara yakin bisa meluluhkan hati Milan. Ia percaya, cowok dingin itu pasti punya sisi lembut yang tersembunyi. Damara berusaha mendekati Milan dengan berbagai cara. Namun, dengan berbagai ungkapan juga ia ditolak mentah-mentah.
Bagi Milan, semua cewek itu sama, melelahkan dan merepotkan. Kenapa ia harus dekat-dekat dengan cewek kalau hanya akan menyusahkan hidupnya? Ia nggak segan-segan menghindari Damara bahkan hingga membuat gadis itu sakit hati.
Akan tetapi, Damara yakin, suatu saat Milan akan membutuhkannya. Damara siap menemaninya melewati masa-masa sulit yang membuat Milan menjadi pembuat onar seperti sekarang. Damara yakin, akan ada masa saat es yang beku itu akan mencair dan menghangat.
[REVIEW]
Wah, aku excited untuk share soal buku ini. Salah satu kisah remaja yang bikin gemes dan senyum-senyum sendiri, sambil mengingat masa lalu. Yuk, kita kenalan sama Damara dan Milan, dua tokoh utama di cerita ini.
Damara Kinanti. Cewek yang akrab disapa Ara ini fans garis depan Milan. Dia rela berjajaran dengan ratusan cewek lain yang juga menyukai Milan. Pantang mundur meski Dava, sabahatnya, sudah berulang kali menasehati.
Milan Arego. Cowok sedingin es di Kutub Utara itu tidak menggubris apa pun yang dilakukan oleh para penggemarnya. Eskpresi datar yang selalu dikenakannya tidak memukul mundur pasukan pengagum Milan. Bahkan mereka merasa itu adalah daya tarik si Ganteng. Terhadap Ara, Milan bukan hanya cuek. Beberapa kali dia malah mendamprat Ara dan membuatnya menangis.
Suatu hari, Ara menolongnya dari keroyokan Adrian and the genk di bawah hujan. Sejak saat itu, ada yang mengusik hati dingin Milan. Cie..., yang udah mulai merasa jatuh cinta!
Cerita remaja unyu ini emang page turner banget. Bikin senyum-senyum, menitikkan air mata juga, sedikit sih. Nuansanya terlalu cerita untuk ditangisin.
Perjuangan Damara melumerkan hati dingin Milan membawa hasil. Sedikit banyak mata Milan juga mulai mencari-cari kesempatan berbenturan dengan Damara. Meski begitu Milan takut. Takut kalau Damara hanya menyukai kelebihannya saja. Takut kalau Damara akan sama dengan perempuan lain yang pergi dari kekasihnya karena dia jatuh terperosok. Maka dari itu, Milan menyetujui saran Ray untuk melakukan sesuatu membuktikan dugaannya. Sayang sekali, Milan tidak berpikir lebih panjang apa saja akibat yang diperolehnya kalau dia melakukan hal itu.
Damara marah, merasa dilecehkan. Kemarahannya bukan hanya berumur satu hari atau sekejap saja. Milan mencoba menjelaskan tapi Damara selalu menghindar. Cewek itu sudah menyerah pada perasaannya untuk Milan. Berusaha melupakan Milan dan mencari alasan baru untuk tersenyum.
Milan bingung lalu menyetujui ide Ozy untuk gantian bersikap seperti Damara di awal-awal hubungan mereka. Milan membawakan bekal yang langsung ditampik Damara. Bahkan cokelat dengan secarik surat yang diberikan oleh Milan pun berhasil masuk ke tempat sampah. Ketika Damara pingsan, Milan menolongnya. Tapi itu juga nggak menyurutkan Damara untuk melupakan Milan. Damara menolak semua perlakuan Milan dan berkata bahwa dia sudah menyerah dan minta pada Milan untuk tidak mengurusinya lagi. Tristan sampai harus turun tangan menengahi mereka berdua.
Aduh, berhasil nggak ya Tristan mencoba untuk mendamaikan keduanya?
Setiap usaha pasti membuahkan hasil. Damara akhirnya memberikan kesempatan buat Milan untuk menjelaskan tindakannya. Meskipun begitu, rasa gengsi masih tersisa sedikit. Milan ternyata tidak tanggung-tanggung untuk membuktikan keseriusannya untuk berbaikan dengan Damara. Iyalah, dia serius, soalnya Damara sudah membawa perubahan positif dalam diri Milan dan membuat cowok itu nggak bisa move on tanpa Damara. Cie..., yang baca udah mulai kena baperannya Milan hahaha!
Kebersamaan Milan dan Damara mendapat banyak godaan dari para sahabat konyolnya. Bahkan, Dava yang notabene menyimpan perasaan pada Damara memutuskan untuk move on juga dari perasaannya karena merasa tidak punya tempat yang lebih spesial daripada pada tempat Milan di hati Damara. Milan sendiri cukup tahu diri untuk mulai memperbaiki diri, supaya dia lebih pantas bersanding dengan Damara. Astaga cowok es batu ini bisa aja bikin baper dengan caranya sendiri. 😍
Damara sih santai-santai aja. Bisa dekat sama Kak Milan-nya sudah membuat dia membumbung ke langit, nggak perlulah status yang jelas segala. Lagipula, meskipun belum pernah menyatakan statusnya, tapi Milan menyatakan perasaannya melalui semua tingkah lakunya. Apa pun yang dilakukannya kini berpusat pada Damara.
Kira-kira sampai kapan ya Damara bisa berpuas diri dengan kedekatan tanpa status itu sementara hampir semua orang terdekatnya punya kisah manis dan status yang jelas?
[CLOSING]
Sejak pertama lihat cover ini dan baca blurb-nya, jujur aja aku merasa tertarik. Tertarik pada Milan, penasaran sedingin apa dia. Saat itu aku juga mendoakan semoga si Damara ini kapok mendekati Milan karena dia pasti punya perasaan yang perlu dijaga. Namun, setelah aku selesai baca buku ini, aku kepincut sama... Ozy!!! Hahahaha!
Aku suka bagaimana benang merah antara Milan dan Damara ditarik lalu sedikit bercabang menceritakan sedikit-sedikit mengenai orang-orang yang ada di sekitar mereka. Bumbu-bumbu itu membuat buku ini sedap.
Membaca ini seperti kembali lagi ke masa remaja. Dilarang tanya sama aku itu kira-kira sudah berapa tahun berlalu. Pokoknya bisa banget bikin nostalgia. Untungnya nggak bikin aku terjebak dalam nostalgia kayak Milan yang belum bisa melepas masa lalunya.
Tingkah Ara yang sederhana dan polos benar-benar khas remaja SMA. Remaja yang baru merasakan cinta pertamanya. Beruntunglah dia, berkat kegigihannya menara es di hati Milan mencair dan membalas perasaannya meskipun mesti menyakiti Damara dulu ya.
Aduh, pokoknya kamu harus baca cerita ini. Dijamin terhibur! Kayaknya nggak ada part yang nggak bikin aku ngikik. Seru, lucu, menyenangkan. Milan odong, tapi bikin baper hahahaha!
No comments:
Post a Comment