[REVIEW] Kata Tiga Hati by Innayah Putri
Unknown
January 11, 2018
0 Comments
[BOOK INFO] Judul: Kata Tiga Hati Pengarang: Innayah Putri Penerbit: Elex Media Komputindo Genre: Teenlit Halaman: 288 Ratings: 🌟🌟🌟🌟 |
Thalia
Kami bertemu untuk pertama kali di lapangan upacara dua tahunan yang lalu. Aku ingat betapa konyolnya aku siang itu. Memakai atribut serba aneh dari ujung kaki sampai ujung kepala hanya demi memenuhi budaya pembodohan bernama ospek. Karena terlambat, kami kena hukum bersama, dan dengan gaya sok pahlawannya, dia membelaku di depan kakak panitia OSIS. Waktu aku tanya kenapa dulu dia sampai senekat itu, dia menjawab dengan kerlingan mata, kemudian bibirnya yang tipis kemerahannya akan tersenyum miring.
Dhanu
Kalau bertanya siapa Thalia Maharani pada sebagian besar murid perempuan SMA Persada Mandiri, maka kebanyakan dari mereka akan mengatakan bahwa Thalia adalah sosok murid sombong yang enggan bergaul dengan siswi lain. Tetapi murid laki-laki akan menjawab tanpa ragu, kalau posisi Thalia hampir setara dengan Dewi Aprodhite yang tidak sengaja jatuh ke dunia yang fana ini. Siapa yang nggak setuju kalau Thalia itu cantik? Tapi cuma satu orang yang berani berjuang mati-matian buat mendapatkannya.
Najla
Tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan. Aku sudah sering mendengar kalimat itu. Mulanya, aku menertawakannya. Aku selalu merasa bahwa aku tidak akan terjebak pada prinsip bodoh tersebut. Sampai suatu hari, dia muncul di balkon rumah ini. Menghabiskan malam-malam kami dengan jokes recehnya. Segalanya baik-baik saja pada awalnya, sampai dia menghancurkannya dengan sebuah pelukan dan kalimat sederhana yang seharusnya normal-normal saja dilakukan seseorang kepada sahabatnya.
[REVIEW]
Buku ini mengamgkat tema friendzone. Uh, dari temanya aja udah bikin nyesek, ya kan?
Hati-hati baper ya, pas baca ini.
Untuk di awal mula begini kerumitannya: Najla mencintai Dhanu, Dhanu mencintai Thalia, dan Thalia menyukai Fadli. Ditambah Thalia tanpa sadar menyimpan perasaan dalam untuk Dhanu. Saking dalamnya, kayaknya dia sendiri nggak sadar dengan perasaannya. Hanya saja, bedanya nggak sadar dan tidak mau sadar itu tipis banget.
Dhanu, di sisi lain, berusaha menjadi sahabat yang baik dan menjadikan Fadli penengah dan perekat hubungannya dengan Thalia ketika gadis itu ngambek. Najla cuma bisa menyaksikan kebodohan Dhanu. Mungkin dalam hati dia berdoa, Dhanu bisa melihatnya sedikit saja.
Nyebelin kan mereka bertiga? Kerumitan yang diciptakan sendiri oleh mereka. Perasaan berbelit yang dilandasi asumsi dan rasa takut kehilangan. Well, nggak bisa disalahkan juga. Ngaku atau enggak, we all have done same thing at least once in our life.
Suka gemes kalo baca cerita yang kayak gini. Kita dari kacamata luar merasa masalahnya sepele. Coba deh, kalau beneran di posisi mereka, pasti kayak begitu juga.
Ketiganya punya kemiripan, sama-sama nggak mau jujur. Notabene menjadi orang yang bisa melihat dari luar, Najla juga nggak berhasil memutuskan lingkaran itu. Padahal dia suka sama Dhanu. Aku sih berpikir, kalau Najla ngaku perasaannya pada Dhanu, tidak ada orang lain yang paham dengan kondisinya selain Dhanu sendiri. Lha wong, dia juga ngerasa hal yang sama.
Meskipun percaya setengah mati bakalan ditolak Dhanu, Najla tetap tidak mau memberikan contoh untuk jujur. Dia malah menyuruh Dhanu mengungkapkan perasaannya pada Thalia.
Nah, kan, Thalia jadi galau dan menjauh dari Dhanu. Entah apa yang ada di pikiran Thalia sehingga berbuat begitu. Ibarat benang udah mau ketemu ujung pangkalnya, oleh Thalia disimpul lagi.
Di antara ketiga tokohnya, aku nggak tahu siapa sebenernya yang paling bodoh. Semuanya bodoh, tapi semuanya juga kurang kuat menggapai keinginan mereka. Rela melepas orang yang mereka sayang begitu saja, berharap dunia akan mempelakukan mereka dengan lebih baik. Astaga, bro, sis, nggak gitu cara mainnya!
Thalia musuhan dengan Najla dan Dhanu. Meski begitu, hidupnya tidak sepi-sepi amat, karena sosok Fadli masuk di saat yang tepat. Kedekatan Thalia dan Fadli membuka kesempatan untuk Najla dan Dhanu berdua. Sayang sekali, sekali lagi mereka terjebak friendzone. Ya elah, ini sampai ladang gandum dipenuhi cokelat juga mereka bakalan berakhir dengan orang yang tidak mereka inginkan.
[CLOSING]
Nuansa ceritanya bikin aku kurang happy. Kenapa? Karena aku dari awal udah dibikin baper. ternyata masa SMA juga punya black record-nya sendiri kan? So, rasa nggak sukanya bukan karena hal yang nggak baik, hanya aku saja yang kepingin lebih riang dan bright. Tapi mana ada coba friendzone macem gitu? Ntar semua kepengen friendzone.
Konflik yang diangkat cukup sederhana tapi menarik. Hanya saja aku merasa karakter mereka terlalu dewasa untuk anak SMA. Apalagi soal perasaan. Iya sih, waktu zaman SMA, rasanya kalau udah jatuh cinta sama seseorang merasanya orang itu adalah segalanya. Meskipun ujungnya melukai diri sendiri. Gimana mau buat orang lain bahagia, kalau kita sendiri nggak bahagia? Nah!
Untuk masalah simpati ke para tokoh, aku merasa kurang klik sama mereka, kecuali sama Najla ya. Karena menurutku dia yang paling real dan nggak neko-neko. Emang tipe memendam tapi ya udah stay cool and hurt inside aja. Nggak kayak Thalia yang aneh, cemburu tapi pas ditembak malah menjauh. Kan resek! Belum lagi Dhanu yang gagal move on. Perasaannya ke Thalia bikin dia buta.
Buku ini cocok banget buat kamu yang pernah dan/atau sedang terjebak friendzone. Mencintai itu tidak pernah menjadi pihak yang kalah. Kita kalah karena tidak mengungkapkannya.