Instagram Posts

Thursday, January 11, 2018

[REVIEW] When Love Walked In by Ega Dyp

[BOOK INFO]
Judul: When Love Walked In
Pengarang: Ega Dyp
Penerbit: Bentang Pustaka 
Genre: Teenlit
Halaman: 314
Ratings: ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ๐ŸŒŸ
[BLURB]
Serunya kehidupan SMA yang diimpikan Relin pupus begitu saja karena satu cowok. Ia dipermalukan oleh Mika yang pura-pura menembaknya di depan banyak teman pada saat-saat pertama masuk sekolah. Relin malu berat dan bersumpah akan bikin perhitungan dengan Mika.

Sayangnya, balas dendam itu nggak pernah berhasil terlaksana. Hingga kini, Mika—cowok yang katanya paling ganteng di sekolah itu—masih selalu mengisengi Relin. Cowok yang terkenal cuek sama cewek itu masih hobi bikin Relin marah-marah. Mulai dari iseng nggak penting sampai penting banget, seperti menghalangi cowok-cowok yang ingin mendekati Relin. Kalau begini terus, gimana Relin bisa punya pacar? Apa, sih, maunya Mika?


[REVIEW]
Relin naksir Mika. Diam-diam. Namun, sepertinya cowok itu juga menyimpan perasaan yang sama pada Relin. Bagaimana tidak, di hari pertama mereka masuk SMA, Mika muncul di ruangan yang sama dengan Relin. Cowok itu berjalan pelan ke arah Relin sambil menyunggingkan senyum pada Relin. Senyuman yang membuat kedua kaki Relin terasa seperti jeli. Tidak hanya itu. Di tangannya, Mika membawa sekuntum bunga mawar. Nah, kurang romantis apa cowok itu?

Hanya ada satu yang melintas di kepala Relin, bahwa Mika akan menyatakan perasaannya. Dengan berdebar, dia menunggu Mika. Sesampainya di hadapan Relin, cowok itu mengulurkan bunga pada Relin, diterima dengan sikap malu-malu mau oleh gadis itu. Setelah itu, Mika berlutut di hadapannya. Tidak hanya Relin, sepertinya semua orang yang menyaksikan menahan napas mereka.

 
Tak lama kemudian, Mika bangun lagi. Lalu dia mengatakan hal yang sama sekali tidak dibayangkan oleh siapapun. Ini lebih buruk dari apa pun yang pernah terjadi dalam hidup Relin. Kejadian itu menorehkan jejak nyata pada masa SMA-nya. Bahkan bisa dia bawa seumur hidupnya.


Setelah dipermalukan di hari pertamanya, Relin tidak bisa lepas dari gangguan Mika. Cowok itu selalu punya cara untuk membuat Relin naik pitam. Memang sih, nggak sampai melukai Relin, hanya bisa membuat darah Relin mendidih di setiap tingkah lakunya.

Setelah setiap keisengan yang dilakukan Mika, cowok itu selalu meminta maaf. Bahkan pernah dia menyalin ulang catatan Relin yang habis dia coret-coret di hari sebelumnya. Kalau dipikir-pikir, cowok ini manis juga. Sayang sekali, rasa manis itu selalu bertahan sebentar di pikiran Relin.


Usaha Mika bikin Relin kesel itu nggak ada ujungnya. Selalu saja ada akal untuk membuat Relin sebal. Nggak hanya itu, Mika ternyata menyebarkan omongan tidak enak cowok-cowok yang naksir dia.

Tidak selamanya usaha Mika selalu berhasil. Suatu hari, tidak sengaja, Relin bertemu dengan Pangeran Baik Hati bernama Davin yang menolongnya saat motornya kehabisan bensin. Berkat nasihat dari Nadine, sahabatnya, Relin memberanikan diri untuk menanyakan perihal Davin. Soalnya cuma Mika yang kelihatan akrab dengan Davin.


Belum tuntas usaha Relin menggali informasi tentang Davin, Tasya, teman sekelasnya, menyebarkan gosip kalau Relin naksir Davin. Gosip itu membuat Davin tidak nyaman dan memberi tahu Relin kalau dia sudah punya pacar. Gawatnya lagi, Nara, pacar Davin, mengancamnya untuk memberikan klarifikasi massal saat acara ulang tahun sekolah mereka.


[CLOSING]
๐ŸŒนCerita ini bener-bener bagus. Aku puas banget bisa membaca buku ini. Terima kasih untuk kakak di Bentang Pustaka yang telah mengirimkan buku ini untukku.

๐ŸŒนBuku ini sangat dekat dengan kehidupan siapapun, baik yang masih SMA ataupun yang masa SMA-nya sudah belasan tahun lalu seperti aku. Berasa muda lagi. Konfliknya bener-bener pas dan feel-nya dapet aja gitu untuk anak-anak seusia mereka.


๐ŸŒนDengan baca ini, aku kepikiran cinta monyet zaman sekolah dulu. Yang naksir-naksir kakak kelas atau cowok ganteng seangkatan. Jadi senyum-senyum sendiri.


๐ŸŒนAku hanya berharap akan lebih banyak lagi cerita seperti ini di pasaran. Sungguh, para remaja butuh bacaan yang mendidik sekaligus realistis. Di mana sentuhan kecil seperti genggaman tangan dan pelukan sederhana adalah kenangan yang tidak terlupakan. Bukannya ciuman dan kontak fisik belaka ya.

No comments:

Post a Comment