Instagram Posts

Monday, September 25, 2017

[REVIEW] Unforgettable Sunset: Love in Santorini by Indah Hanaco

[BOOK INFO]
Judul: Unforgettable Sunset (Love in Santorini)

Pengarang: Indah Hanaco
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Romance

Tebal: 251
Periode baca: 21 - 25 September 2017
Ratings: 🌟🌟🌟
🌟🌟
[BLURB]
"Kau sendirian, Miss? Kalau boleh tahu, siapa namamu? Atau ... haruskah kupanggil 'Milikku'?"


Sapaan lancang yang awalnya dilontarkan sambil lalu oleh Terry Sinclair itu mengubah hidup Masha Sedgwick. Kegemarannya pada pria hidung belang itu malah mengantarkan Masha pada petualangan hati yang menyusahkan.


Terry, tidak punya niat ambisius apapun saat menggoda Masha yang ditemuinya saat berlibur di Santorini. Tapi Tuhan malah membuatnya menahan tinju seorang model mabuk untuk melindungi Masha. Dan berakhir dengan perasaan cinta yang meluap-luap dan tak bisa dikendalikan.

Masalahnya, meski akhirnya terbelit cinta, Masha dan Terry adalah dua orang yang tak berani mengambil resiko untuk berkomitmen. Terry penderita cedera otak yang mungkin takkan pernah sembuh. Sementara Masha selalu bergidik jika diajak menikah karena terlalu takut dikhianati.

Namun, suara hati tak bisa dikekang lebih lama. Masha dan Terry, suka atau tidak, sudah saling jatuh cinta.

Pertanyaannya, bagaimana mereka bisa bertahan?

[REVIEW] 
"Aku adalah tunangan pertamanya, sebelum dia mencampakkanku. Kau yang ketiga. Selamat datang di Klub Korban Miss Sedgwick." (hal 11)

Berkenalan dengan Masha, wanita berusia 32 tahun. Entah apa yang terjadi dengannya, dia alergi terhadap komitmen. Bawaannya mau kabur terus kalau ada lelaki yang ingin menjajaki hubungan serius dengannya, seperti yang barusan terjadi. Wanita itu memutuskan hubungannya dengan Judd. Padahal, latar belakang keluarganya baik-baik saja.

"Kau sendirian, Miss? Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Lelaki itu tiba-tiba tersenyum lebar. Jika sebelumnya oranh yag mengadang langkahnya itu sudah rupawan, seulas senyum mampu membuatnya lebih memesona. Masha menahan napas tanpa sadar. "Atau... haruskah kupanggil 'Milikku'? (hal 31)



Deretan itu adalah kalimat yang pertama kali didengar Masha dari seorang Terrence (Terry) Sinclair. Dia yang hampir terpesona oleh kemolekan Terry, langsung merasa ilfeel. Hal itu membuat dia membalas Terry,

"Aku mantan istri yang mencampakkannya. Kau harus hati-hati karena laki-laki ini kecanduan seks, selingkuh, dan suka mengutil." (hal 31)


Asli, aku ngakak pas bacanya. Si Masha itu mungkin otaknya juga geser, mirip-mirip dengan yang terjadi pada Terry. Dia rencananya balas dendam pada Terry, dengan membuat perempuan yang bersama Terry kesal. Nyata dia malah 'menyelamatkan' Terry. Tak lama berselang, kini giliran Masha yang diselamatkan Terry dari pukulan seorang model mabuk di sebuah bar.

Anggap aja impas, ya, Bapak dan Ibu! Meskipun impas, itu tidak menjadikan hubungan mereka berakhir di sana. Itu hanya permulaan.

"Aku sengaja melakukan itu. Memberimu banyak kebaikan supaya kau berutang padaku. Jadi, seumur hidup kau tidak akan pernah bisa lepas dariku. Kau akan terlalu sibuk menghitung kebaikan yang sudah kulakukan dan cara untuk membalasnya." Dia menatap Masha sambil menyeringai. "Apa itu sudah terdengar cukup menakutkan?"(hal 61)

Masha itu wanita yang takut dengan komitmen. Sedangkan Terry adalah lelaki yang punya cedera otak yang mungkin tidak bisa sembuh akibat kejadian di masa lalunya. Namun, mulut usilnya tidak pernah bertobat sampai-sampai kata-kata itu meluncur dari bibirnya. Untung saja, Masha tidak menganggapnya serius. Sepertinya kebersamaan singkat mereka membuat pemahaman tak tertulis bagi keduanya.


"Oke, aku tidak akan mengkritikmu lagi soal ini. Biarlah kita tetap menjadi orang asing yang buta satu sama lain. Kurasa itu jauh lebih menarik." (hal 84)
 
Nope, that's not what happen next!

"Aku akan memegang tanganmu tiap kali kita berjalan seperti ini. Supaya tidak ada yang celaka. Setuju, kan?" (hal 93)

Si Playboy cap kakap sudah melancarkan aksinya. Dia tidak sanggup menepis pesona Masha, dan memanfaatkan setiap peluang. Bener banget, mulutnya si Terry itu maniiiiis banget. Bisa diabetes mendadak kalo di dekatnya. Sepertinya itu juga yang terjadi pada Masha. Dia memang tidak mengidap diabetes karena Terry sih, tetapi dia merasa dirinya melonggarkan semua aturan yang diterapkannya untuk Terry dan membiarkan lelaki itu menggandengnya sepanjang waktu.

"Aku tidak tertarik padamu, Masha. Aku jatuh cinta padamu." (hal 135)

Pengakuan yang ditakuti Masha meluncur dari bibir Terry. Meskipun mereka sempat berpisah selama beberapa waktu setelah liburan di Santorini. Nyatanya, keduanya tidak sanggup menahan perasaan kehilangan. Terry yang muncul lagi di hadapan Masha, dan meresikokan dirinya untuk mengungkapkan perasaannya pada Masha. Terry tahu dia hanya akan ditolak. Namun, begitu lebih baik ketimbang perasaan itu meradang di dirinya sendiri.

Akan tetapi, jawaban Masha membuat kisah mereka semakin terbawa jauh. Lapisan demi lapisan diri Terry dan Masha terkuak dengan sangat sederhana, manis, tetapi kadang perih.

[CLOSING]
Aku suka pake banget buku ini. Selain cover-nya yang manis banget, aku tidak menyangka menemukan Terry yang juga ternyata sangat manis di balik semua kejadian masa lalu dalam hidupnya. Terry itu sosok cowok yang bisa merangkul pahit manisnya kehidupan. Dia memilih menerima mukzizat kecil dalam hidupnya untuk bangun. Tidak selamanya yang mukzizat yang mengejutkan itu bisa menyadarkan kita. Dari Terry, aku belajar itu.

Aku juga belajar dari Masha. Ada kalanya, kekerasan hati memang tumbuh dari pengalaman masa lalu orang lain. Makanya seringkali kita menghindar dan menutup diri. That's what actually happens to me. Tapi, sekali lagi, melalui kisah ini, aku diajak untuk sadar bahwa manusia pun tidak bisa menolak--meski mau banget--jalan yang sudah ditentukan oleh Tuhan.

Aku merasa review-ku agak kali ini sedikit berbeda. Karena memang aku secara pribadi tergugah oleh kisah ini. Awalnya aku sempat merasa kisah ini terlalu berat karena menyinggung-nyinggung masalah mantan veteran di daerah konflik. Lalu ditambah dengan konflik internal keluarga yang rumit. Plus, bahasa penulisan yang terbaca seperti terjemahan. Namun, aku tenggelam dalam kisah ini. Walaupun jujur saja, sempat teralihkan dengan buku Millionaire's Heart dari pengarang yang sama yang aku baca bergantian dengan buku ini. But, anyway, Terry has his own way back to my attention! 

Secara keseluruhan, aku lebih dari puas membaca kisah ini!

No comments:

Post a Comment